Aliran Sesat Subur di Bogor

Aliran Gabungan Islam, Kristen, dan Yahudi Subur di Bogor

BOGOR– Dua imam dari dua aliran kepercayaan yang berbeda di Bogor akhirnya bertobat. Kemarin, Muhamad Sihabudin alias Abud (55), warga Cisarua yang sebelumnya mengukuhkan diri sebagai juru selamat "Imam Mahdi", berikrar tobat di depan ratusan masyarakat dari lantai dua Kantor Kecamatan Cisarua. Di lain tempat, pimpinan Panjalu Siliwangi, "Romo" Agus Sukarna mendadak mengaku khilaf dan langsung bertobat setelah dipertemukan dengan para ulama dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bogor. 

Meski demikian, warga Kota dan Kabupaten Bogor harus tetap waspada. Pasalnya, Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) melansir kabar yang mengejutkan. Kabar itu menerangkan bahwa di Bogor terdapat aliran sesat lainnya yang kini sedang tumbuh subur. Aliran keyakinan itu disebut Millah Abraham atau Millah Ibrahim. Aliran pimpinan Ahmad Mosadeq ini lebih nyeleneh dari Panjalu Siliwangi ataupun ajaran "Imam Mahdi" Abud. Pengikut Millah Ibrahim tersebut menggabungkan tiga ajaran agama. Yakni Islam, Kristen dan Yahudi.

“Banyak di Kabupaten dan Kota Bogor. Penyebaran Milah Abraham ini sering menggelar kegiatan sosial, seperti donor darah,” ujar Ketua LPPI Amin Djamaluddin kepada Radar Bogor (grup JPNN), kemarin.

Selain Bogor, daerah pusat kegiatan Komunitas Milah Abraham (Komar) menyebar di seluruh pulau Jawa dan Madura. Untuk wilayah Jabar, Komar membidik kota-kota besar seperti Cirebon, Tasik, Garut, Depok dan Bogor sebagai wilayah pusat penyebaran dan kegiatan. “Kalau tidak salah, penyebaran ke Bogor dilakukan sejak 2004,” ungkapnya.

Perlu diketahui, Mosadeq pernah dibui lantaran menyebarkan aliran sesat bernama Al-Qiyadah Al-Islamiyah di Pamijahan, Kabupaten Bogor. Usai lepas dari tahanan, Musadeq kembali ke keyakinannya. Radar Depok (Grup Radar Bogor) pernah membongkar aktivitas keagamaan Musadeq yang nyeleneh itu di rumahnya di bilangan Beji, Depok. “Kami belum mau mengungkap penyebaran di Bogor karena masih dalam investigasi lebih mendalam,” jelasnya.

Amin memiliki pandangan tersendiri terkait aliran sesat yang terus bermunculan. Ia menilai fenomena aliran sesat lebih kepada kegiatan terencana hasil konspirasi untuk menghancurkan Islam. Meski belum memiliki bukti konkret, tapi tapi kuat dugaan bahwa tumbuhnya bermacam aliran sesat seperti ada yang merekayasa.

“Satu dibasmi, satu lagi muncul. Umumnya pimpinan aliran-aliran sesat itu orang kaya. Dari mana dananya?” kata dia.

Amin menilai, kemunculan aliran sesat tak lain adalah upaya memecah umat Islam di tanah air. Penyebarannya terstruktur dan terencana sejak era 80-an. Sebagai negara dengan penduduk beragama Islam terbesar, tentunya Indonesia menjadi target empuk para musuh Islam. Tujuannya tak lain untuk menghancurkan Islam dan lambat laun menguasai kekayaan alam yang subur dan melimpah.

Sementara itu, Kementerian Agama (Kemenag) RI mengaku belum memiliki jumlah pasti pengikut dan penyebaran Komar di Bogor. Menurut Kasubid Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan Aliran dan Pelayanan Keagamaan Kemenag RI, Reslawati, kini pengikut Millah Ibrahim terpencar. Dia menduga, ajaran Romo Agus juga bagian dari ajaran Millah Ibrahim ini.

“Kami yakin, lambat laun itu akan hilang dengan sendirinya. Karena ruang gerak mereka semakin sempit,” papar Reslawati kepada Radar Bogor, kemarin.

Terkait data pengikut aliran sesat seperti Milah Abraham, lanjut dia, memang tak pernah terpantau jumlah tepatnya. Ketika hal ini dikonfirmasi kepada mantan pimpinan Komar, Mosadeq, ia pun tak mengetahui jumlah pasti pengikutnya di Jabodetabek. “Saya pernah investigasi bersama Radar Depok ke Mosadeq. Tapi Dia (Mosadeq) tak bisa menjawab, karena emang dia juga gak punya datanya,” kata cetus Reslawati.

Akan tetapi, Mosadeq mengklaim pengikutnya di tanah air mencapai ribuan orang. Mengingat kegiatan mereka bersifat tersistem sel. Jadi, antara satu dengan yang lain tak begitu mengenal. Kecuali para jajaran tertentu yang saling mengenal. Komunitas ini juga sempat menargetkan bisa menjaring anggota hingga 50 ribu orang per tahun di seluruh Indonesia.

Berbeda dengan LPPI, Reslawati menilai kemunculan aliran sesat akibat adanya upaya pencarian jati diri seseorang atau kelompok. Selain itu, ia menduga adanya ketidakpuasan dengan fakta sekarang dalam kehidupan keberagamaan. Ditambah lagi dengan minimnya pemahaman tentang ilmu agama.(ric)

Sumber : JPNN

Post a Comment

Mohon berkomentar yang tidak menyinggung SARA. Mari bangun komentar yang konstruktif

Lebih baru Lebih lama